Selasa, 13 Maret 2012

Tugas 2 Artikel Kesehatan Mental


Akhir-akhir ini, mungkin banyak kasus-kasus yang kita jumpai mengenai terganggunya kesehetan mental anak, karena perceraian kedua orang tuanya. Emosi anak tersebut menjadi tidak stabil, dan anak tersebut dapat mengalami stres dan frustasi akibat perceraian orang tuanya tersebut. Stres, ketakutan, kecemasan sampai dengan depresi seringkali dialami anak-anak yang kedua orangtuanya bercerai. Kondisi-kondisi emosi tersebut timbul akibat rasa sakit yang timbul akibat perceraian orang tua mereka. Rasa sakit yang ada pada diri individulah yang kemudian menjadi pemicu ketidakstabilan emosi.
Stres yang dialami oleh anak korban perceraian itu muncul karena konflik interparental yang tinggi, terputusnya hubungan dengan salah satu orang tua, permasalahan kesehatan fisik dan mental orang tua dan hilangnya wibawa orang tua. Distres emosional akibat transgresi merupakan jalan bagi timbulnya perasaan tertekan dan emosi negatif yang melahirkan perilaku negatif pula.
Teori Psikologi :
Teori Emosi
1. Teori James-Lange
Emosi yang dirasakan adalah persepsi tentang perubahan tubuh. Salah satu dari teori paling awal dalam emosi dengan ringkas dinyatakan oleh Psikolog Amerika William James: “Kita merasa sedih karena kita menangis, marah karena kita menyerang, takut karena kita gemetar”. Teori ini dinyatakan di akhir abad ke-19 oleh James dan psikolog Eropa yaitu Carl Lange, yang membelokkan gagasan umum tentang emosi dari dalam ke luar. Diusulkan serangkaian kejadian dalam keadaan emosi:
(1) kita menerima situasi yang akan menghasilkan emosi,
(2) kita bereaksi ke situasi tersebut,
(3) kita memperhatikan reaksi kita.

2. Teori Cannon-Bard
Emosi yang dirasakan dan respon tubuh adalah kejadian yang berdiri sendiri-sendiri. Di tahun I920-an, teori lain tentang hubungan antara keadaan tubuh dan emosi yang dirasakan diajukan oleh Walter Cannon, berdasarkan pendekatan pada riset emosi yang dilakukan oleh Philip Bard. Teori Cannon-Bard menyatakan bahwa emosi yang dirasakan dan reaksi tubuh dalam emosi tidak tergantung satu sarna lain, keduanya dicetuskan secara bergantian. Menurut teori ini, kita pertama kali menerima emosi potensial yang dihasilkan dari dunia luar; kemudian daerah otak yang lebih rendah, seperti hipothalamus diaktifkan. Otak yang lebih rendah ini kemudian mengirim output dalam dua arah.

3. Teori Kognitif tentang Emosi
Teori ini memandang bahwa emosi merupakan interpretasi kognitif dari rangsangan emosional (baik dari luar atau dalam tubuh). Teori ini dikembangkan oleh Magda Arnold (1960), Albert Ellis (1962), dan Stanley Schachter dan Jerome Singer (1962).


Nama    : Nur Patria Mudayati
Npm      : 15510140
Kelas     : 2PA04


1 komentar:

  1. teman jangan lupa yah masukin link gunadarmanya k dalam blog kamu. Sekarang kan sudah mulai softskill, sebagai salah satu mahasiswa gunadarma ayo donk masukin link gunadarmanya, misalkan:
    www.gunadarma.ac.id
    www.studentsite.gunadarma.ac.id
    www.baak.gunadarma.ac.id
    www.ugpedia.gunadarma.ac.id
    :)

    BalasHapus